Sabtu, 03 Mei 2025

Pilihan Hidup

Jika menjadi Ibu Rumah Tangga adalah pilihan hidup, panggilan jiwa, bukan paksaan dari siapapun, baik itu suami, orangtua, sahabat atau siapapun itu, maka menjalaninya dengan sadar akan sangat ringan, tidak ada beban yang begitu berat. Namun jika menjadi ibu rumah tangga ini bukan pilihan hati, tentu akan sangat melelahkan sehari-harinya. Ibaratnya seperti dipaksa melakukan hal yang tidak disukai. Bagaimana Anda menjalani keterpaksaan? Berat bukan? Tentu saja. Maka dari itu, sadarkan diri bahwa ibu rumah tangga itu harus benar-benar pilihan dari hati.

Ibu Rumah Tangga Vs Ibu Bekerja

Pertama, perlu dipertanyakan, apakah ibu rumah tangga tidak bekerja? Tidak, ia bekerja, hanya saja tidak digaji layaknya di perusahaan. Apakah ibu bekerja bukan ibu rumah tangga? Ia juga punya tanggung jawab di rumah. Jadi, perlu di luruskan bahwa semua ibu adalah ibu rumah tangga dan semua ibu adalah ibu bekerja. Namun bekerja di bidang dan pilihan hati masing-masing. Ada yang bekerja di ranah domestic (rumah). Inilah yang sering disebut dengan Ibu Rumah Tangga. Dan ada pula ibu yang bekerja di ranah publik atau di luar rumah. Inilah yang sering disebut dengan ibu bekerja atau  working mom. Keduanya punya peran yang sama-sama baik. Ibu rumah tangga dengan segala aktivitasnya mengurus rumah sambil mngaktualisikan dirinya. Ibu bekerja juga seharian di kantor misalnya berusaha untuk membantu perekonomian keluarga dan aktualisai dirinya. Keduanya adalah ibu hebat, yang tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Keduanya memiliki jalannya masing-masing sepaket dengan prosesnya masing-masing juga. Tidak ada yang lebih unggul, tidak ada yang paling baik. Keduanya punya jalannya masing-masing. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan adalah menghargai apapun yang dilakukan oleh ibu, baik yang di ranah domestik maupun di ranah publik.

Menjadi Ibu yang Membanggakan atau Dirindukan

Ada seorang ibu yang khawatir jika ia “hanya” menjadi ibu rumah tangga, anaknya tidak akan bangga terhadapnya. Anaknya bisa minder karena teman-teman anaknya melihat ia hanya di rumah saja, tidak sepeti ibu mereka yang bekerja di luar rumah, rapi, wangi dan mengesankan.

Namun perlu diketahui, ketika ibu bertanya pada si anak, apakah ia lebih suka ibunya di dalam rumah atau di luar rumah? Hampir semua anak ingin ibunya ada ketika ia pulang sekolah, ia ada ketika anaknya mengerjakan tugas sekolah, ia hadir di saat anaknya membutuhkannya. Jadi sebenarnya anak tidak begitu memikirkan ibunya harus seperti apa, punya jabatan apa. Namun ia lebih butuh ibu yang selalu hadir saat ia butuhkan, yang artinya menjadi ibu yang dirindukan.

Seorang ibu tidak perlu memikirkan apakah anaknya bangga terhadapnya. Anak akan selalu bangga pada ibu yang baik. Yang perlu dipikirkan adalah apakah ibunya bangga terhadap dirinya sendiri? Seringkali ibu tidak bangga terhadap dirinya sendiri? Lalu kemudian apa yang akan terjadi? Tentu saja ibu tidak bahagia dengan apa yang ia jalani. Sementara kebahagian di dalam rumah itu terpancar jika sang ibu bahagia. Jika ibu tidak bahagia, rumah akan redup, tidak ada cahaya. Untuk itu, perlu ditanamkan pada ibu-ibu yang sudah memilih untuk menjadi ibu rumah tangga bahwa ia harus bangga dengan dirinya.

Ibu yang banga dengan dirinya, bukan berarti sombong. Namun dengan penuh kesadaran ia tahu bahwa dirinya berharga, dirinya memiliki value. Dengan karakter ini, ibu akan memberikan pengaruh-pengaruh positif di dalam rumah, sehingga kebagaiaan menyelimuti  seluruh penghuni rumah. Rumah yang bahagia membuat anak rindu. Kemanapun ia pergi, ia tahu bahwa tempat kembalinya adalah rumah, dimana di dalam rumah ini ada seorang ibu yang selalu dirindukan.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar