Potret cinta itu berawal dari rumah. Dimana Ayah adalah sebagai teladan utama, ibu adalah pendukung teladan, kakak tertua atau sulung yang menjadi jembatan teladan. Semua harus tersambung kokoh untuk menjadi sebuah bangunan yang kuat. Ayah yang memiliki kegemaran membaca akan diteladani oleh anaknya, sehingga anak juga ikut gemar membaca. Sebab sehari-hari yang ia lihat adalah potret betapa ayahnya sangat menyenangi buku. Ia pun menjadi peniru ulung dari sikap ayahnya. Penasaran mengapa sang ayah betah berlama-lama berinteraksi dengan buku. Pun dari seorang ibu yang suka membaca, sang anak melihat ibunya sangat lihai membacakan buku di setiap waktu. Ketika senggang dari aktivitas domestik rumahnya, ibu meluangkan waktu untuk mengajak anak-anaknya membaca, menelaah, mentadabburi apa yang mereka baca.
Dari seorang kakak, adik juga bisa belajar. Dimana ia lihat sosok kakaknya sangat rajin membaca buku. Kakak yang cerdas, yang banyak tahu tentang apa saja yang ia tanyakan. Tentu ini adalah potret cinta dalam keluarga. Dimana semua anggotanya membangun nilai-nilai kebaikan dari dalam rumah.
Ayah yang bijaksana dalam bersikap dan mengambil keputusan adalah salah satu fondasi kokohnya bangunan bernama rumah itu. Ayah yang sering mendatangi majelis ilmu, yang berperan aktif di masyarakat, akan membawa teladan untuk anak-anaknya. Dimana semua aktivitas itu dilihat dan disaksikan langsung oleh anaknya. Lalu merasakan kebermanfaatan yang luar biasa di dalamnya. Siapa sosok itu? Ayah. Luar biasa sekali peran ayah dalam mendukung ketahanan keluarga.
Ibu yang penuh kasih sayang namun tegas dalam bersikap juga adalah fondasi utama dalam membentuk ketahanan keluarga. Seorang ibu sudah diberikan oleh Allah memiliki fitrah yang lembut. Namun kelembutan ini tidak selalu membebaskan anak berbuat apa saja, sesukanya tanpa aturan. Ibu juga harus tegas dalam bersikap. Terutama jika bertemu dengan masalah-masalah. Tidak boleh lemah dalam menilai, melihat, dan memikirkan suatu hal. Ia harus tetap kuat, tegas, namun naluri keibuannya tetap melekat. Di dalam ketegasan itu tetap terpancar kasih sayangnya.
Tiada sosok pemimpin yang baik dan kuat tanpa adanya sosok ibu yang berperan dalam hidupnya. Semoga para ibu yang membaca tulisan ini adalah sosok ibu yang Allah rahmati, yang konsisten berpegang pada kebenaran, memiliki kepribadian yang kuat, yang di dalamnya ada rasa kasih sayang dan cinta kasih.
0 komentar:
Posting Komentar